29 June 2017

Humor Gusdur Ini Bisa Bikin Kamu Ngakak: Lucu!

Abdurrahman Wahid atau sering di panggil Gusdur adalah Presiden ke-4 RI yang selain cerdas juga memiliki selera humor tinggi. Di banyak kesempatan, sering melemparkan humor cerdas yang lucu. Berikut beberapa Humor Gusdur yang bisa bikin kamu ngakak:

Gus Dur Merengut, Dolar Naik

"Gus Dur" kata Tedjo, "saat ini Anda dilarang merengut, loh".
"Lho, emang kenapa?"
"Sebab, begitu Anda merengut, dolar naik?"
"Senyum aja kok report-report," sahut Gus Dur sambil terbahak


Tukang Santet Jakarta

Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita. Pelakunya bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justeru aparat yang berwenang. Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat.

Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum diberendel, pernah "menghitamkan"beberapa halamannya sebagai tanda prihatin. Para pembaca Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.

"Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?" tanya Gus Dur dalam kuis imajinernya.
"Karena reportase soal tukang santet dan bromocorah Jember."
"Siapakah yang memerintahkan penghitaman itu?"
"Tukang santet dan bromocoroh Jakarta."


Nyebut Bang

Penampilan Gsu Dur ketika memberikan pengantar pidato kenegaraan menyambut HUT ke-55 Kemerdekaan RI di Sidang Paripurna DPR Agustus 2000, jauh berbeda dibanding saat ia hadir di tempat yang sama untuk menjawab interpelasi DPR.

Kali ini ia tampak tegang, wajahnya agak cemberut. Namaun segala ketegangan akhirnya cair juga, para anggota DPR malah beberapa kali dibuat terpingkal-pingkal oleh guyonannya.

Di tengah-tengah pidato tanpa teks itu, Gus Dur bercerita tentang seorang kondektur bus asal Sumatera Utara yang bergelantungan di pintu bus. Ketika bus melaju kencang, rupanya sopit tak tahu kalau sang kondektur terjatuh tersenggol bus lain. Sang kondektur pun jatuh tersungkur, kepalanya langsung membentur jalan dan retak, napasnya sudah senin-kemis (terputus-putus).

Saat itulah datang seorang Betawi yang mencoba menolong kondektur yang sekarat itu.

"Bang, nyebut Bang, nyebut," katanya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga kondektur  itu.

Maksud orang Betawi ini agar kondektur yang sekarat tadi menyebut Syahadat La ilaaha illallah, sebelum meninggal. Tapi karena kondektur tadi bukan orang Islam, dia mengaitkan permintaan nyebut tadi dengan profesinya.

Maka sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, kondektur tadi nyebut, "Blo.. M-Depo... Blo... M-Depo..."

Sate Babi

Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi
Ajudan: Yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmmm ... babi mengandung babi!
Ajudan: Yang paling haram?
Gus Dur: Mmmm ... nggg ... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi! (//mbs)

Sumber : Okezone.com, Selasa, 1 September 2009

Jenderal

Pada saat selesai melantik WAKAPOLRI di Istana, Gus Dur mengadakan konferensi pers dengan wartawan.

Pada kesempatan itu, salah satunya diungkapkan tentang permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo BIMANTORO -
KAPOLRI - mengundurkan diri.

Ketika konferensi pers itu usai, dan Gus Dur dipapah memasuki mobil, beberapa wartawan mulai tidak mengerubutinya lagi.

Gus Dur berkata :"Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"

"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan serentak.
"Saya mau sebutkan nama seorang jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja," ujar Gus Dur.

"Wah, siapa itu Gus ?" keroyok para wartawan yang tadinya sudah mulai menjauh. Mereka berlarian untuk mendapatkan berita eksklusif itu.

"Ok, saya akan katakan," kata Gus Dur meyakinkan." Jenderal itu adalah Jendral..(General) Electric ..."

"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.
"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Lha saya kan bener kalau General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"


Indonesia Minta di Jajah

Dalam sebuah seminar beberapa tahun yang lalu Gus Dur mengungkapkan bahwa Belanda bukan sebuah negara yang besar, tidak punya modal, tidak punya pemikir-pemikir ulung, jadi mereka tidak memberikan apa-apa kepada kita, malah merampok kita habis-habisan. Dalam sebuah seminar beberapa tahun yang lalu Gus Dur mengungkapkan bahwa Belanda bukan sebuah negara yang besar, tidak punya modal, tidak punya pemikir-pemikir ulung, jadi mereka tidak memberikan apa-apa kepada kita, malah merampok kita habis-habisan.

Lain dengan India yang dijajah Inggris, atau Filipina yang dijajah Amerika. Negara-negara penjajah yang itu punya sesuatu yang diberikan kepada negara-negara yang dijajah, misalnya saja tentang sistim hukum yang lebih teratur, dsb.

Nah, lalu ada pemikiran gila, supaya Inggris dan Amerika memberikan sesuatu kepada kita.

Bagaimana caranya?
Kita nyatakan perang melawan Inggris dan Amerika!

Lho, kenapa begitu?
Logikanya kita kan pasti kalah, jadi kita akan dijajah lagi oleh Amerikan dan Inggris.

Masalahnya sekarang, bukannya kalau kita kalah.
Masalahnya adalah, bagaimana kalau Indonesia yang menang ???



Tim Pengusir Hantu Pondok Indah

Mungkin karena bahasan jumpa pers Gus Dur siang itu (Rabu, 25/9) yang panjang dan serius, seorang wartawan tak kuasa menahan "kebekuan."

Wartawan itu pun nyeletuk, menanyakan masalah di luar materi jumpa pers siang itu, Isu hangat yang jadi perbincangan warga Ibu Kota, yaitu hantu penunggu rumah mewah di jalan Pondok Indah.

Entah serius atau tidak, atau mungkin ia pikir Gus Dur berkompeten dalam hal perhantuan dan makhluk gaib dkk, sang Wartawan pun bertanya memecah keseriusan.

"Gus, rumah kosong yang di Pondok Indah yang katanya banyak hantunya, gimana Gus?" tanya wartawan itu membuat peserta jumpa pers lainnya tersentak.

Wartawan lain mungkin berpikir, koq bisa-bisanya nanya begituan pada Gus Dur.

Tapi namanya Gus Dur, yang mungkin memiliki motto "kalau ditanya harus jawab", ia mengomentari hal itu dengan santai. "Sorry, saya belum pernah ketemu hantunya," jawab Gus Dur ditimpali tawa semua wartawan berderai-derai.

Ternyata, selayaknya wartawan profesional, sang penanya tak mau kalah, ia mencecar Gus Dur lagi, "Apa perlu Gus Dur mengirimkan tim khusus untuk mencek kebenaran adanya hantu itu?"

Sambil terkekeh Gus Dur menjawab dengan tangkas, "Kalau mau, anda boleh jadi ketua timnya. Kayak gitu koq diurusin, lho."


Titel Prov. Anggota Dewan

Gus Dur dalam pembicaraannya sering menyatakan bahwa Indonesia bukan negara agama. "Itu adalah hal yang final," tegas Gus Dur.

Ia "tidak betah" jika masih ada anggota legislatif masih berkutat pada persoalan itu.

Gus Dur bercerita tentang seorang anggota legislatif yang ngotot ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama.

"Saat anggota dewan itu jadi pembicara disebuah seminar, ia dipanggil dengan titel Prof. di depannya," kata Gus Dur.

"Ketika kembali ke kantornya, Satpam pun mempersilahkan masuk kepada anggota dewan kita itu dengan berkata, "Silahkan masuk prof."

Nah, kolega-koleganya pun, kata Gus Dur, ternyata menyambut dengan berkata "Selamat pagi Prof, Assalamualaikum Prof"

Si anggota dewan ini heran juga, padahal seumur-umur dia belum pernah dianugerahi gelar profesor. "Atau karena keberaniannya ya dia mendapat gelar terhormat itu," kata si anggota dewan dalam hati.

Gus Dur melanjutkan, karena saking bangga dan penasarannya anggota dewan ini pun bertanya kepada kroninya. "Kenapa ya saya sekarang dimana-mana dipanggil Prof?"

"Wah...jangan bangga dulu pak!" kata si kroni. "Mereka itu nyebut prof bukan dengan akhiran huruf F tetapi dengan huruf V, jadi Prov. gitu!"

"Lho, Prov. apa artinya itu ?" tanya si anggota dewan penasaran.

Kroninya menjawab, "Provokator."


Duet Ideal

Mengejek diri sendiri adalah hal yang kerap yang dilakukan Gus Dur.

Dalam sebuah pertemuan besar melibatkan para pebisnis intenasional di Bali akhir 1999, di depan ratusan peserta dari berbagai negara, dengan rileks Gus Dur bicara dalam bahasa Inggris yang fasih.

"Presiden dan Wakil Presiden kali Ini adalah tim yang ideal," katanya. "Presidennya tidak bisa melihat, dan Wakilnya tidak bisa ngomong ...."


Rem Kaki Kiai Wahab Sulang

Salah satu kegemaran Gus Dur adalah berkunjung dan berbincang dengan para kiai di seluruh pelosok, terutama di Jawa. Sewaktu dia masih sehat wal afiat, begitu sering mendatangi mereka.

Ini pula rahasianya mengapa dia cukup mudah terpilih lagi menjadi Ketua Umum PBNU, bahkan kalaupun dia sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial.

\"Orang tidak banyak yang tahu,\" katanya suatu ketika, \"bahwa saya bisa melakukan empat ratus perjalanan dalam setahun untuk bertemu dengan kiai-kiai itu.\"

Maka, dalam Muktamar NU, misalnya pada 1989 di Yogyakarta, meskipun Gus Dur banyak diserang dengan sangat tajam dalam acara pertanggungjawabannya sebagai Ketua Tanfiziah, dia dengan mudah kembali terpilih untuk memimpin NU, secara aklamasi.

Semua itu berkat diplomasi canggih yang dijalankannya dengan cara mendatangi para kiai, bahkan yang tinggal di tempat paling terpencil sekalipun. Mereka inilah yang punya pengaruh besar dalam menentukan siapa yang bakal menjadi Ketua Tanfidziah.

Salah satu cerita yang didulangnya dari pertemuan dengan seorang kiai, dituliskannya dalam salah satu majalah kenamaan. Nama tokoh yang unik dan nyentrik Itu adalah Kiai Wahab Sulang dari Rembang.

Kiai ini tetap populer di kalangan pengikutnya, meskipun isterinya adalah anggota DPRD yang termasuk paling asyik dan getol mengikuti acara-acara non-santri di pendopo kabupaten.

Suatu hari isteri Kiai Wahab Sulang mendapat bagian sepeda motor angsuran. Sang Kiai langsung menggunakan kendaraan itu. Akibatnya lumayan. Dia menabrak sebuah rumah. Sepeda motornya rusak, dan dia sendiri luka-luka.

Kenapa Kiai bisa nabrak begitu? tanya Gus dur. \"Habis saya pakai rem kaki.\"

\"Lho, bukankah memang rem kaki harus dipakai, Kiai?\" timpal Gus Dur. \"Ya, tapi maksud saya bukan gitu. Saya mengerem hanya pakai kaki saja. Karena belum tahu bagaimana dan di mana remnya.\"


Gali Duluan

Penggalian situs Batu Tulis, Bogor untuk mencari harta karun oleh Menag Sayyid Agil Husein Al Munnawar jadi berita yang paling menghebohkan.

Wartawanpun berduyun-duyun menanyakan soal fenomena mistik yang dipercayai Menag Al Munnawar kepada Gus Dur.

Saat kunjungannya ke Serang, Banten (21/8 2002) Gus Dur ditanya,apakah dia percaya adanya harta karun di Situs Batu Tulis?

Dengan ringan Gus Dur menjawab "Kalau saya percaya sudah dari dulu-dulu, saya gali duluan." Mendengar jawaban itu kontan wartawan yang mewawancarainya terpingkal-pingkal.


Mengapa Clinton Ngakak

Saat Presiden Gus Dur bertemu Presiden AS Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.

Apa yang dikatakan Gus Dur sampqi membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu?

Menurut Gus Dur, barangkali tentang joke yang disampaikan Presiden John Kennedy.

Gus Dur bercerita, suatau hari Kennedy mengajak serombongan wartawan ke ruang kerja Presiden AS. Di salah satu dindingnya ada sebuah lubang kecil tempat Presiden Dwight Eisenhower menaruh peralatan golfnya.
"Ini lho, perpustakaannya Eisenhower," kata Kennedy mengejek pendahulunya itu. Clinton terpingkal mendengarkan cerita Gus Dur itu.

Dari mana Tus Dur mendapat cerita itu? "Saya baca di buku Ted Sorrensen," kata Gus Dur.

"Lho jadi Presiden Clinton sendiri tidak tahu cerita itu?" tanya Jaya Suprana.

"Ya mungkin nggak tahu, sebab dia nggak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku? Kalau dia baca buku berarti kelihatan dia nggak punya kerjaan.

Nah, kalau Presiden Indonesia, justru harus baca buku sebab nggak ada kerjaan," timpal Gus Dur.


"Kebesaran" PM Churchill

Tapi mungkin yang mebuat Clinton terbahak adalah cerita lain yang dilontarkan Gus Dur, yaitu tentang PM Inggris Winston Churchill dan pemimpin oposisi Clemen Atlle.

Clement Atlee adalah tokoh Sosialis Internasional, dan terkenal gigih memperjuangkan nasionalisasi industri dan perusahaan-perusahaan besar di Inggris.

Suatu hari, tutur Gus Dur, seusai sidang parlemen, PM Churchill pergi ke toilet untuk buang air kecil. Atlee pun masuk ke toilet yang sama, maka bertemulah keduanya di sana.

Sambil kencing, dengan wajah cemberut Churchill bilang pada Atlee: "Jangan lihat-lihat kesini ya! Kamu kan sukanya menasionalisasi yang besar-besar..."


Soeharto Hanyut

Sudah tentu mantan Presiden Soeharto kebagian sentilan Gus Dur. Suatu hari Pak Harto mancing di sebuah sungai. Saking asyiknya, Pak Harto tidak sadar bahwa air sungai itu meluap, lalu Pak Harto hanyut terbawa arus.

Rupanya nasib Pak Harto lagi baik, ia diselamatkan seorang petani. Merasa berutang budi dan sangat berterima kasih, Pak Harto berkata kepada penolongnya itu.

"Kamu tahu nggak saya ini siapa?" tanya Pak Harto.

"Tidak," jawab si Petani.

"Saya ini Soeharto, Presiden Republik Indonesia. Nah, karena kamu sudah menolong saya, maka kamu boleh minta apa saja. Pasti saya beri."

"Saya cuma minta satu hal saja , Bapak Presiden,' kata Petani.

"Katakan saja, apa itu?"

"Tolong jangan bilang pada siapa-siapa, bahwa saya yang menolong Bapak."


Kursus Prancis Gratis

Banyak pengalaman yang dilaui bersama oleh Gus Dur dan Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) selama mereka belajar di Mesir. Misalnya soal kursus bahasa Prancis.

Gus Mus ikut dalam kelas bahasa Prancis, sedang Gus Dur tidak. Tapi, setiap Gus Mus tekun mempelajari bahsa negeri anggur itu, biasanya Gus Dur ikut mendompleng.

Tentu saja gratis, Gus Mus tak menarik bayaran. Sang Kawan turut mendengarkan apa yang dipelajari Gus Mus.

"Anehnya,' tutur Gus Mus, "Akhirnya saya tetap tidak bisa ngomong Prancis, sedangkan Gus Dur bisa."


sumber: gusdur.net

0 comments

Post a Comment